Makalah Konsep Islam Tentang Manusia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makalah ini membahas secara
singkat mengenai konsep islam tentang manusia, khususnya mengenai Penciptaan
Manusia. Banyak teori-teori yang muncul mengenai proses terciptanya manusia
sebelum turunnya al-Quran. Dari mulai teori Aristoteles, Louis Pasteur, hingga
Charles Darwin . Mereka mencoba mengungkap tentang dari mana asal-usul hidup
dan kehidupan.
Semenjak itulah (tepatnya 1860)
muncul teori baru yang menyatakan bahwa semua yang hidup berasal dari yang
hidup sebelumnya.
Walaupun teori baru itu nampaknya
lebih hebat dan rasional, namun ternyata masih belum mampu menjabarkan
“misteri” hidup itu sendiri. Karena teori-teori tersebut tidak dapat
memberikan jawaban atas pertanyaan tentang dari manakah asal-usul hidup
pertama kali. Karena itulah orang menjadi bingung.
Pada abad pertengahan
al-Qur’anul-Karim dan Rosululloh salah satunya pendobrak pintu kegelapan teori
ini dengan mengemukakan fakta-fakta penciptaan manusia yang sangat rumit dan
ajaib.
1.2 Tujuan
Pembuatan Makalah
1.
Untuk memenuhi tugas mata perkuliahan Pengantar Teknologi Informasi Bagian Software Operating System
2.
Untuk memperluas wawasan dan menambah pengetahuan tentang system operasi
khususnya Android
3.
Sebagai bahan masukan yang bersifat membangun bagi penyusun. Mendewasakan cara
berfikir dan bekerja agar dikemudian hari tidak kaku dan sudah terbiasa.
Menumbuhkan aktifitas, kreatifitas, dan inovatif dalam menjawab tantangan
zaman.
1.3 Rumusan Masalah
Untuk mengkaji dan mengulas
tentang manusia dalam pandangan islam, maka diperlukan subpokok bahasan yang
saling berhubungan, sehingga penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Definisi dan hakikat manusia
menurut konsep Islam
2.
Asal-usul dan penciptaan manusia
3.
Martabat dan kedudukan manusia
4.
Tujuan hidup manusia
5.
Fungsi dan peranan manusia
6.
Tanggungjawab manusia
1.4 Metode Penulisan
Metode
yang digunakan untuk penulisan analisis ini adalah metode literature yaitu dengan
mencari dan menelaah data dari sumber-sumber yang berhubungan dengan pokok
bahasan manusia dalam pandangan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan Hakikat Manusia Menurut Konsep Islam
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah
diciptakan oleh Allah swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu
konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran
menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.
Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu
pengetahuan sangat bergantung metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis
yang mendasari.
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia
sebagai homo volens (makhluk berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah
makhluk yang memiliki prilaku interaksi antara komponen biologis (id),
psikologis (ego), dan social (superego). Di dalam diri manusia tedapat unsur animal
(hewani), rasional (akal), dan moral (nilai).
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia
sebagai homo mehanibcus (manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap
introspeksionisme (aliran yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan
subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam bawa sadar yang
tidak nampak). Behavior yang menganalisis prilaku yang Nampak saja.
Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses
pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek.
Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai
homo sapiens (manusia berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang
lagi sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungannya, makhluk
yang selalu berfikir. Penganut teori kognitif mengecam pendapat yang cenderung
menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak mempengaruhi peristiwa.
Padahal berpikir , memutuskan, menyatakan, memahami, dan sebagainya adalah
fakta kehidupan manusia.
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata
yang berbeda dengan makna manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda
yaitu kata basyar, insan dan an-nas.
Kata basyar
dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : innama anaa basyarun
mitlukum (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Kata basyar
selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat,
atau lempung kering (al-hijr : 33 ; al-ruum : 20), manusia makan dan minum
(al-mu’minuum : 33).
Kata insan
disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5), yaitu
allamal insaana maa lam ya’ (dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya). Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau
spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dfan memikul
amanah (al-ahzar : 72). Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming) dan terus
bergerak maju ke arah kesempurnaan.
Kata an-nas
disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 walakad dlarabna linnaasi fii
haadzal quraani min kulli matsal (sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia
dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada semua
manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.
Dengan demikian al-quran memandang manusia sebagai makhluk
biologis, psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai
makhluk social yang tidak biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk
lain.
Sebenarnya manusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu:
1. Jasmani.
Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah.
2. Ruh
Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
3. Jiwa (an nafsun/rasa dan perasaan).
Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu
kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki
manusia dapat di kelompokkan pada dua hal yaitu potensi fisik dan potensi
rohania.
Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya
menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk social dan sekaligus makhluk ekonomi.
Manusia adalah makhluk social untuk menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan
hidupnya, karena manusia tidak hidup dengan baik tanpa ada orang lain. Dengan
kata lain manusia baru bisa mencapai kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya
bila hidup berkumpul bersama manusia.
2.2 Asal-usul
Manusia dan Penciptaan Manusia
a. Teori Evolusi Charles Darwin
Jika kita berdebat tentang asal mula manusia, maka yang terpikir, terlintas,
atau terbersit pertama kali dipikiran adalah teori evolusi Charles Darwin.
Dalam teori evolusi Charles Darwin dijelaskan bahwa manusia pertama adalah
kera, sedangkan dalam kitab suci umat Islam yaitu Al-Qur'an, dijelaskan bahwa
manusia diciptakn oleh Allah SWT. Namun, hingga saat ini para ilmuwan . masih
terus mencari bukti untuk memastikan asal mula manusia.
Pernyataan Darwin mendukung bahwa manusia modern
berevolusi dari sejenis makhluk yang mirip kera. Selama proses evolusi tanpa
bukti ini, yang diduga telah dimulai dari 5 atau 6 juta tahun yang lalu,
dinyatakan bahwa terdapat beberapa bentuk peralihan antara manusia modern dan
nenek moyangnya.
Menurut skenario yang sungguh dibuat-buat ini,
ditetapkanlah empat kelompok dasar sebagai berikut:
• Australophithecines
• Homo habilis
• Homo erectus
• Homo sapiens
b. Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an
• Saat Allah Swt. merencanakan penciptaan manusia, ketika Allah mulai
membuat “cerita” tentang asal-usul manusia, Malaikat Jibril seolah khawatir
karena takut manusia akan berbuat kerusakan di muka bumi. Di dalam Al-Quran,
kejadian itu diabadikan,
".. Dan (ingatlah)
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Sesungguhnya, Aku akan
menciptakan manusia dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku
telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh
(ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud" (QS. Al Hijr: 28-29).
Adapun Dalam Al-Qur’an urutan
proses kejadian manusia secara biologis dituangkan dalam firmannya :
“Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling
Baik.” (Al-Mu’minun 12-14)
Kesesuian isi Al-Qur’an dengan perkembangan ilmu pengetahuan
Pertama: Di surat Ar Rahman ayat 14:
“Dia
menjadikan manusia seperti tembikar (tanah yang dibakar)”.
Yang dimaksudkan dengan kata arab “Shal-shal” di ayat ini ialah: Tanah kering atau setengah kering yakni “Zat pembakar” atau Oksigen.
Kedua: Di ayat itu disebutkan juga kata arab “Fakhkhoor” yang maksudnya ialah “Zat Arang” atau Carbon.
Ketiga: Di surat Al Hijr ayat 28 :
Yang dimaksudkan dengan kata arab “Shal-shal” di ayat ini ialah: Tanah kering atau setengah kering yakni “Zat pembakar” atau Oksigen.
Kedua: Di ayat itu disebutkan juga kata arab “Fakhkhoor” yang maksudnya ialah “Zat Arang” atau Carbon.
Ketiga: Di surat Al Hijr ayat 28 :
“Dan
ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku hendak
menciptakan seorang manusia dari shalshal dan hamaa-in yang berbentuk”.
Di ayat ini, tersebut juga kata arab “shal-shal”
telah saya terangkan, sedangkan kata arab “Hamaa-in” di ayat tersebut ialah
“Zat Lemas” atau Nitrogen.
Keempat: Di surat As Sajadah ayat 7
“Dan Allah membuat manusia
berasal dari pada thien”.
Yang dimaksud dengan kata arab “thien” (tanah) di ayat ini ialah “Atom zat air” atau Hidrogen.
Kelima: Di Surat Ash Shaffaat ayat 11
Yang dimaksud dengan kata arab “thien” (tanah) di ayat ini ialah “Atom zat air” atau Hidrogen.
Kelima: Di Surat Ash Shaffaat ayat 11
“Sesungguhnya
Aku (Allah) menjadikan manusia daripada lazib”.
Yang dimaksud dengan kata arab “lazib” (tanah liat) di ayat ini ialah “Zat besi” atau ferrum.
Yang dimaksud dengan kata arab “lazib” (tanah liat) di ayat ini ialah “Zat besi” atau ferrum.
Keenam: Di Surat Ali Imran ayat 59
“Dia menjadikan Adam daripada turab
kemudian Allah berfirman kepadanya “jadilah engkau, lalu berbentuk manusia”.
Yang dimaksud dengan kata “turab” (tanah) di ayat ini ialah: “Unsur-unsur zat asli yang terdapat di dalam tanah” yang dinamai “zat-zat anorganis”.
Yang dimaksud dengan kata “turab” (tanah) di ayat ini ialah: “Unsur-unsur zat asli yang terdapat di dalam tanah” yang dinamai “zat-zat anorganis”.
Ketujuh: Di surat Al Hijr ayat 29:
“Maka setelah Aku sempurnakan (bentuknya), lalu
Kutiupkan ruh-Ku kepadanya”
Ketujuh ayat Al Qur’an yang saya baca ini Allah telah menunjukkan tentang proses kejadian manusia sehingga lalu ditiupkan ruh kepadanya sehingga manusia bernyawa (bertubuh jasmani dan rohani).
Ketujuh ayat Al Qur’an yang saya baca ini Allah telah menunjukkan tentang proses kejadian manusia sehingga lalu ditiupkan ruh kepadanya sehingga manusia bernyawa (bertubuh jasmani dan rohani).
2.3 Martabat
dan Kedudukan Manusia
Dibandingkan dengan makhlukm lainnya, manusia
mempunyai kelebihan . Kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanpun,
baik di darat, di laut, maupun di udara. Sedangkan binatang hanya mampu
bergerak di ruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak di darat
dan di laut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui
manusia.
Di samping itu, manusia di beri akal dan hati sehingga
dapat memahami ilmu yang diturunkan allah. Allah menciptakan manusia dalam
keadaan sebaik-baiknya (at-tiin,95:4). Manusia tetap bermartabat mulia, kalau
mereka sebagai khalifah (makhluk alternative) tetap hidup dengan ajaran allah
(QS. Al-an’am:165). Oleh karena ilmu manusia di lebihkan dari makhluk lainnya.
2.4 Tujuan
Penciptaan Manusia
Dalam Al-Qur’an Allah
berfirman dalam surat Adz-Dzaariyaat Ayat 56 :
“Dan aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”
Tujuan penciptaan manusia adalah menyembah kepada
penciptanya yaitu allah. Pengertian penyembahan kepada allah tidak bisa di
artikan secara sempit, dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin
dalam shalat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia dalam hokum allah
dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik yamg menyangkut hubungan manusia
dengan tuhan maupun manusia dengan manusia.
Oleh kerena penyembahan harus dilkukan secara
suka rela, karena allah tidak membutuhkan sedikitpun pada manusia karena
termasuk ritual-ritual penyembahannya.
Penyembahan yang sempurna dari seorang manusia adalah
akan menjadikan dirinya sebagai khalifah Allah di muka bumi dalam mengelolah
alam semesta. Keseimbangan pada kehidupan manusia dapat terjaga dengan
hukum-hukum kemanusiaan yang telah allah ciptakan.
2.5 Fungsi dan
Peran Manusia
Status manusia sebagai
khalifah , dinyatakan dalam Surat Al-Baqarah ayat 30.
“Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.“
Berpedoman kepada QS Al
Baqoroh 30-36 peran yang dilakukan Manusia adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan
sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah. Untuk itu seseorang dituntut
memulai dari diri dan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain. Peran
yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan
Allah, diantaranya adalah :
1. Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin
:54) ; Belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah
mempelajari ilmu Allah yaitu Al-Qur’an.
2. Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39)
3. Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang
telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan
dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang
telah dicontohka oleh Nabi SAW.
Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk
kebersamaan sesama umat manusia dan hamba allah, serta pertanggung jawabannya
pada 3 instansi yaitu pada diri sendiri, pada masyarakat, pada Allah SWT.
2.6 Tugas dan Tanggungjawab Manusia Sebagai Hamba
Allah dan Khalifah
a. Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT.
Makna yang esensial dari kata abd’ (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan
kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam
ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Oleh karena itu, dalam al-quran dinyatakan dengan “quu anfusakun waahlikun
naran” (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka).
b. Tanggung jawab manusia sebagai khalifah Allah SWT
Manusia diserahi tugas hidup
yang merupakan amanat Allah dan harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya.
Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu
tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan
pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau
pengganti yang memegang mandat Allah untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi.
Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan
dirinya serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan
hidupnya.
Sebagai khalifah, manusia
diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan menentukan, sehingga kebebasannya
melahirkan kreatifitas yang dinamis. Kebebasan
manusia sebagai khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga kebebasan
yang dimiliki tidak menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang.
Kekuasaan manusia sebagai
wakil Allah dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang telah
digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hukum-hukum Allah baik yang tertulis
dalam kitab suci (al-Qur’an), maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta
(al-kaun). Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah
wakil yang mengingkari kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati kepercayaan
yang diwakilinya. Oleh karena itu, ia diminta pertanggungjawaban terhadap
penggunaan kewenangannya di hadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah
dalam QS Al Fa’atir ayat 39 yang artinya “Dia-lah yang menjadikan kamu
khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafiran
orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi
Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan
menambah kerugian mereka belaka”.
Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah
dan juga sebagai hamba Allah, bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan
suatu kesatuan yang padu dan tak terpisahkan. Kekhalifan adalah realisasi dari
pengabdian kepada Allah yang menciptakannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia adalah
makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt. Kesempurnaan
yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka
sebagai khalifah di muka dumi ini. Dibandingkan dengan makhlukm lainnya,
manusia mempunyai kelebihan . Kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk
lainnya.
Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis,
psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk
social yang tidak biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.
Manusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu:
1. Jasmani.
Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah.
2. Ruh
Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
3. Jiwa (an nafsun/rasa dan perasaan).
Tujuan penciptaan manusia adalah menyembah kepada
penciptanya yaitu allah.
3.2 Penutup
Belum ada Komentar untuk "Makalah Konsep Islam Tentang Manusia"
Posting Komentar